Sadar Ngga, Sih?
Sadar ngga
sih sekarang ini kita tengah dicekoki oleh serangan pemikiran budaya-budaya
barat yang membuat pola pikir kita konslet.
FOOD, FUN
and FASHION. Ketiga hal ini adalah hal yang paling digemari masyarakat. Kerusakan-kerusakan
disuntikkan ke dalamnya untuk mengarahkan gaya hidup dan pandangan liberal.
Style baju apa yang keren, makanan apa yang enak, dan lain sebagainya.
Di zaman
ini, kita dipaksa untuk memperhatikan fisik dari ujung rambut sampai ujung
kaki.
Tubuh wanita
seolah adalah asset untuk menapaki di bagian mana kaki ini berdiri. Terbukti dengan
adanya ajang-ajang kecantikan, kualifikasi dan persyaratan utamanya adalah
segala hal tentang fisik. Tinggi badan, berat badan, nomor celana, lingkar
pinggang, dll. Mengapa? Karena memang fisik wanita yang menarik untuk dipandang
dan menjadi tontonan.
Telah terpampang
banyaknya kerusakan yang dihasilkan dari ide feminisme. Maka wajar di Barat,
tempat dimana lahirnya feminisme kemudian muncul gerakan yang baru yaitu “Anti
Feminisme” yang menuntut agar wanita diperlakukan berbeda dengan laki-laki terkait
fitrah.
ANTI FEMINISME
Akibat feminisme, peran wanita di dalam rumah menjadi
terganggu. Percekcokan rumah tangga meningkat, penceraian melonjak, kondisi
psikologi anak terganggu, kegagalan instansi atau lembaga rumah tangga naik drastic.
Dari inilah kaum feminisme mulai sadar. Bahwa kesetaraan gender yang mereka
usung melalui paham feminisme adalah SALAH BESAR.
Telah terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tak
terduga dan melenceng dari tujuan feminisme itu sendiri. Kini, muncullah paham
anti-feminisme yang menolak keras sistem pemikiran yang telah terlanjur
tertanam dalam benak wanita di berbagai Negara. Mereka sadar ingin bangkit,
namun feminisme bukanlah solusi yang hakiki.
Awal permasalahannya adalah pendekatan yang salah. Feminisme
muncul sebagai reaksi wanita atas pria. Mereka menjadikan lelaki sebagai
standar perubahan, karena itulah mereka menuntut kesetaraan dengan kaum pria. Artinya,
feminisme tanpa sadar menjadikan materi sebagai tolak ukur, lalu berlomba
dengan pria untuk mendapatkan standar tersebut.
Tentu saja bila yang diperebutkan adalah urusan dunia,
maka perempuan akan berada di tempat yang rendah karena secara fitrah lelaki
dan wanita secara kemampuan memang tidak sama.
Komentar
Posting Komentar