Feminisme Part 3

 

Feminisme Part 3


Bismillahirrahmaanirrahiim..

Hallo.. terima kasih telah berkunjung. Selamat datang para blog Saya. Pada kesempatan kali ini Saya akan melanjutkan pembahasan tentang feminime. Selamat menyimak dan happy reading.

 Aksi Ekstrem Femen


Apa itu Femen?

Femen adalah kelompok feminis radikal yang didirikan pada tahun 2008 di Ukraina dan telah menyebar ke beberapa negara. Aksi ini dilakukan oleh sekumpulan wanita yang turun ke jalan dengan bertelanjang dada atau bahkan tanpa busana sama sekali, dengan tbuh yang penuh coretan slogan-slogan femen. “Our weapons are bare breasts” begitulah misalnya. Cara ini sengaja dipakai, karena menurutnya jika mereka tidak protes dalam kondisi bertelanjang dada, orang-orang tak akan mendengar aspirasi yang disampaikan. Femen secara terang-terangan menyebut ideologinya sebagai sextremism, yaitu pemberontakan seksualitas perempuan melawan patriaki.

 

“Our God is a Woman”

Itulah slogan yang acapkali disuarakan di setiap aksinya. Pada dasarnya yang mereka inginkan yakni kondisi kaum wanita dapat diperbaiki dari segi tingkat kekerasan dan deskriminasi sosial. Mereka juga menginginkan kebebasan sebebas-bebasnya untuk kaum wanita. Bagi mereka, tubuh wanita adalah kebebasan dan Tuhan menciptakan kami bebas. Maka mereka tunjukkan kebebasan tersebut dengan mengekspos seluruh tubuhnya. Konyol, karena aksi ini justru malah bertolak belakang dengan tuntutan mereka, yaitu; ‘Stop Sex Tourism’, ‘Girls shouldn’t sell themselves”, ‘I am a woman not an object’.

Dikutip dari thisisgender.com, FEMEN adalah gambaran bagaimana kaum wanita telah terjebak dalam arus liberalisme. Dalam pandangan kaum sekuler liberal, penetapan batas aurat adalah penindasan karena aurat perempuan dalam agama Islam sangat banyak batasannyya. Mereka pun berkesimpulan bahwa wanita adalah agama yang paling tidak ramah wanita.

Para pemikir liberalis dari kalangan Islam kemudian berupaya sebisanya mengkritisi standar aurat tersebut. Salah satunya adalah M. Syahrur, seorang liberalis kelahiran Suriah yang berpendapat bahwa batasan aurat itu berangkat dari rasa malu. Dengan kata lain, aurat yang harus ditutupi hanyalah bagian tubuh yang membuat seseorang merasa malu jika ia terlihat. Bagaimana dengan mereka yang rasa malunya ‘minim’ ? padalah Rosulullah SAW sendiri menegaskan “jika sudah tidak lagi merasa malu, perbuatlah semaumu.’ (HR Bukhari). Artinya, rasa malu justru merupakan salah satu parameter keimanan. Kaum feminis menganggap bahwa Islam telah mengkriminalisasi perempuan hanya karena anggota tubuhnya.

Dalam pandangan mereka, setiap wanita memiliki hak sepenuhnya atas tubuh mereka sendiri. Feminisme sebagai anak kandung dari sekularisme dan liberalisme melupakan sepenuhnya bahwa tubuh mereka bukanlah milik mereka, melainkan milik Allah SWT. kaum feminis dimkalangan umat Muslim pun sudah banyak melupakan hal ini. dengan alasan ini, mereka pun memperjuangkan hak aborsi dan membuat slogan ‘Abortion is Sacred’ sebab janin yang menempati Rahim mereka pun dianggap sebagai hak milik pribadi.

Kaum wanita yang pemikirannya dipengaruhi oleh kaum feminis-liberalis kemudian menjadi kian terobsesi dengan tubuhnya sendiri. Bagi mereka liberalisasi itu menjadi identic dengan membuka aurat. Mereka memaksakan pendapatnya sendiri bahwa wanita yang berhijab itu telah tertindas meski mereka yang melakukannya justru tidak pernah merasa ditindas. Di media-media massa, tindakan para artis yang tampil serono kerap disebut sebagai tindakan ‘berani’, seolah-olah apa yang dilakukannya itu telah mendobrak dominasi pria dan menyelesaikan permasalahan kaum wanita.

 

Aksi-aksi femen ditujukan pada tiga kelompok tersebut;

1.      Dictator

2.      Institusi agama

3.      Industry sex

Selain menebar gambar-gambar bertelanjang dada di internet, mereka pun menggelar aksi di depan gereja, masjid, kedutaan besar, kantor-kantor pemerintah, acara fashion week dan sebagainya. Tidak hanya menggelar demonstrasi, para aktivis Femen berkali-kali diciduk oleh kemanan setempat karena secara agresif mendekati, bahkan melakukan kekerasan kepada para tokoh.

Pada 3 April 2013, mereka membakar bendera Ar-Royah bertuliskan “Laa ilaaha illallahu, Muhammadan Rosulullah” di depan sebuah Mesjid di Prancis sebagai bentuk protes terhadap anacaman rajam yang diberikan kepada Amina Tyler, aktivis femen asal Tunisia. Sebelumnya, Amina tekah menyebarluaskan fotonya yang tengah bertelanjang dada dengan tulisan “f*ck Your Morals” di tubuhnya. Ancaman rajam yang konon telah diserukan oleh salam satu pemuka Islam Tunisia telah mendorong Amina untuk bersembunyi demi keselamatannya.

Pada April 2013, digelar aksi lain di depan masjid di Kiev, Berlin, Brussles dan Kudubes Tunisia di Prancis. Pada hari itulah Femen mencanangkan sebagai ‘Topless Jihad Day”.

Lucunya, Femen mencanangkan mendukung pembukaan aurat, namun mengecam prostisusi, padahal keduanya sesungguhnya sangat berhubungan.

Pada akhirnya, Femen terjebak dengan pemikirannya sendiri yang sangat dualis. Dengan bertelanjang dada, meneriakkan beberpa slogan, dan menyerang tokoh-tokoh masyarakat, mereka menyangka telah berbuat banyak untuk membela hak-hak kaum perempuan. Padahal, hal tersebut tidak menyelesaikan permasalahan apa pun, menganggu kenyamanan public, tidak mengangkat martabat kaumnya, dan juga tidak mencerdaskan kaum perempuan. Akibatnya, Femen lalai mencarikan solusi dari problematika yang sesungguhnya dan lingkaran setan Feminisme pun terus bergulir.

Mungkin ini yang disebut senjata makan tuan hehe. Ngeri banget kalau udah tau faktanya. Jelas-jelas wanita itu sudah Allah jaga dengan cara menutup aurat. Tapi, ada saja yang malah sengaja membukanya.

Cukup sekian dulu ya pembahasan tentang feminisme kali ini. sampai jumpa pada pembahasan selanjutnya. Semoga bermanfaat.

 

 

Komentar