Feminisme Part 1
Bismillahirrahmanirrahiim..
Hallo, terima
kasih telah berkunjung. Pada kesempatan kali ini Saya akan membahas hal yang
sedikit sensitif, yaitu mengenai feminisme. Apasih fenimisme itu? Yuk langsung
saja simak. Selamat membaca.
Apasih Feminisme
itu?
Feminisme adalah
sebuah gerakan dari kaum wanita atau pria untuk menghapuskan perilaku bias
gender dan menyamaratakan antara pria dan wanita. Tuntutan dari kaum feminisme
ini sederhana, kalau pria boleh ya wanita juga boleh, kalau pria bisa wanita
juga bisa. Mereka memahami bahwa pria dan wanita punya hak yang sama, maka butuh
kesetaraan.
For you
information, feminisme pertama kali ditemukan pada awal abad ke-19 oleh seorang
sosialis berkebangsaan Prancis, yaitu Charles Fourier. Feminisme berasal dari
bahasa Latin ‘Femina’ yang artinya wanita.
Gerakan
feminisme ini terbentuk dari kesadaran bahwa wanita ditindas dan dieksploitasi.
Feminisme juga sering disebut sebagai kesadaran akan eksploitasi dan penindasan
wanita, baik itu dalam keluarga, lingkungan kerja, maupun di dalam lingkungan
masyarakat. Dari sisi sejarah, bisa dikatakan bahwa feminisme ini awalnya lahir
akibat frustasi dan dendam terhadap sejarah (Barat) yang dianggap tidak memihak
kaum wanita.
Kaum Feminisme Mulai Bangkit
Gerekan
feminisme berhasil menarik perhatian penduduk dunia untuk memperhatikan hak-hak
wanita. Setelah mendapat legalitas dan perlindungan wanita di era-era tertentu,
akhirnya wanita mulai mengembangkan dan menunjukan jati dirinya. Tidak mau
disetir kembali oleh pria atau dianggap sebagai makhluk rendah, lemah dan tidak
berharga.
1. Persamaan
hak untuk memilih, disebut sebagai topic yang diangkat untuk diperjuangkan.
Kenapa? Karena dulu, wanita disamakan dengan anak di bawah umur, yang
menyebabkan wanita tidak boleh mengikuti pemilu. Inilah awal gerakan feminisme
liberalis-individualis yang percaya, bahwa akar persoalan wanita adalah
keterbelakangan dan ketidakmampuan kaum wanita untuk bersaing dengan pria
akibat kebodohan dan sikap irrasional yang dimiliki wanita.
2. Gerakan
ini mengarkan pada upaya-upaya mempersiapkan kaum wanita (baik dalam
pendidikan, intervensi berbagai kebijakan atau undang-undang) agar perempuan
bisa bersaing bebas sekaligus terlibat dalam proses industrialisasi dan
pembangunan.
3. Sistem
feodalisme yang diperkuat oleh teologi gereja, digantikan dengan sistem
kapitalisme. Kemiskinan terlihat merata pada masyarakat barat setelah
diterapkannya sistem kapitalis. Wanita sering terpuruk bahkan lebih menderita
dari pria akibat kemiskinan yang terjadi. Hal ini memaksa wanita untuk menopang
kehidupan keluarga.
4. Dari
sinilah muncul gerakan ‘perlawanan’ terhadap sistem kapitalisme. Marx melihat
bahwa kaum perempuan identik dengan kaum proletar. Dimana wanita yang terikat
dalam pernikahan sudah tidak bisa lagi produktif untuk menghasilkan materi.
Ikatan pernikahan menjadikan wanita sebagai pemilik pribadi suaminya, dia
terlibat ‘hubungan kerja seksual’ dengan suaminya bak ikatan kontrak buruh pada
perusahaan yang harus ditunaikan selama kontrak itu berlaku.
5.
Menurut
Karl Marx, wanita akan bebas dari penindasan bila sistem kapitalis diganti
dengan sistem sosialis, yaitu sistem masyarakat tanpa kelas. Mulanya, wanita
harus membebaskan diri dari kurungan ranah domestic (rumah tangga) yang selama
ini telah memperbudak mereka. Kemudian wanita didorong untuk berkiprah
seluas-luasnya di sector public untuk menghasilkan materi atau uang.
6. Setelah
perempuan sangat produktif, muncullah faham materialisme yang mengalahkan gaya
hidup konsumtif. Kesempatan di segala bidang terbuka bagi perempuan. Kini,
aktifitas ekonomi (bekerja untuk menghasilkan uang) tak lagi dianggap sebagai
keterpaksaan. Malah perempuan ‘menikmati’ dan menjadikannya suatu keharusan.
Maka perempuan giat sekali bekerja di luar rumah demi mendapatkan uang yang
mana dianggap sebagai sumber kepuasan dan kebahagiaan.
7. Hanya
saja, perempuan harus dihadapkan pada tanggung jawab keluarga, sebegai ibu,
sebagai istri. Dalam hal ini, wanita merasa tidak adil karena harus bertanggung
jawab atas dua peran sekaligus. Mereka mulai terganggu dan merasa iri dengan
pria yang bisa bebas mengembangkan karir.
8. Wanita
mulai tidak menyukai peran keibuan, yang bisa mengandung, dan menyusui karena
hal itu dianggap sebagai ikatan kontrak yang tak terbayar dengan materi.
Sedangkan pria bisa mencari nafkah, mendapat uang banyak, lalu pulang ke rumah
ada yang mengurusi dirinya dan anak-anaknya.
9. Dari
fenomena tersebut, terciptalah Feminisme Radikal yang mempropagandakan
kehidupan lesbian, un-wed (melajang), free sex, teknologi cloning, serta
inseminasi buatan ke tengah-tengah masyarakat.
10. Dalam buku The Feminime Mystique disebutkan bahwa
peran sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) merupakan faktor yang menyebabkan wanita
tidak berkembang. Oleh karena itu, menurut buku tersebut, kaum wanita tak permu
menikah dan memiliki anak, sehingga mereka dapat berkembang menjadi apa saja
yang mereka mau seperti halnya kaum pria.
Dari point-point
yang sudah Saya sebutkan tadi, tragis, miris rasanya Saya melihat orang-orang
yang berpikiran seperti itu. Saya cukupkan sampai sini dulu pembahasan tentang
feminisme. Ini hanya permulaan, hanya gambaran umumnya dulu, agar teman-teman
bisa paham apa itu feminisme dan bagaimana faham ini bisa terbentuk.
Sampai jumpa di
pembahasan tentang feminisme selanjutnya. Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar